Kelapa (Cocos
nucifera), pinang (Areca catchecu) dan aren (Arenga
pinnata) adalah tanaman yang termasuk dalam famili Palmae telah
digunakan dalam pengobat-an tradisional secara turun-temu-run. Kelapa digunakan
sebagai tanaman obat bahkan telah terbukti mengandung vitamin, lemak, asam
amino, trigliserida yang sangat dibutuhkan tubuh. Sedangkan pinang digunakan
untuk mengatasi penyakit seperti haid dengan darah berlebihan, hidung berdarah
(mimisan), koreng, borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacing (kremi, gelang,
pita, tambang) (bijinya), menceret, di-sentri, gigi goyah (biji dan kulit
biji). Mengingat kandungan kimia tanaman pinang yakni alkaloid arekolin
mengandung racun dan penenang sehingga tidak dianjur-kan untuk pemakaian dalam
jumlah besar. Akar aren diguna-kan untuk mengatasi masalah batu ginjal.
Pada saat ini
pemakaian obat tradisional berkembang de-ngan baik sebagai salah satu
alternatif untuk menanggulangi ma-salah kesehatan seiring dengan ke-cenderungan
masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to nature). Sesuai dengan
permintaan masya-rakat yang meningkat, produk jamu dituntut tidak hanya
berdasarkan pengalaman atau empirik saja tetapi diperlukan alasan-alasan
rasional melalui referensi ilmiah sebagai produk yang alami. Informasi tentang
“indogeneous knowledge” mengenai penggunaan tumbuhan obat dalam pengobatan
tradisional sangat penting, khusus-nya pemanfaatan dari jenis-jenis tanaman
yang berbeda dan telah di- pakai secara turun temurun serta sudah menjadi
tradisi khas di setiap daerah dan suku di Indonesia. Mes-kipun hanya
didasarkan pengalaman yang kemudian dipraktekkan secara turun temurun, sejarah
telah mem-buktikan bahwa pengobatan tradi-sional telah berperan dalam
me-melihara kesehatan masyarakat, jauh sebelum manusia mengenal cara pengobatan
modern dan rasional. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan
tumbuhan secara tradisional tersebut ialah rendahnya efek samping yang
di-timbulkan seperti yang sering terjadi pada pengobatan kimiawi. Namun yang
menjadi masalah dan kesulitan ialah kurangnya pengetahuan dan informasi yang
memadai mengenai berbagai jenis tumbuhan yang dapat dipakai sebagai ramuan
obat-obatan, dan cara pembuatannya.
Tumbuh-tumbuhan yang
mem-berikan manfaat, banyak ditanam di kebun atau di halaman sekeliling rumah,
sehingga selalu tersedia apa-bila sewaktu-waktu diperlukan. Ke-lapa, pinang dan
aren merupakan tanaman yang telah dibudidayakan dan dapat ditemukan di
pekarangan rumah ataupun di kebun-kebun penduduk.
Tulisan ini menguraikan
peranan tanaman kelapa, pinang dan aren dalam ramuan pengobatan tradisional
masyarakat Indonesia.
Pemanfaatan
Tanaman
1. Kelapa (Cocos nucifera)
Kelapa
hijau dipercaya berkhasiat sebagai heamostatik, antipiretik dan diuretik dan
laksatif, dan dapat mengatasi penyakit bronchitis, de-mam, disentri, hepatitis,
(akar) men-cret, sakit perut, (arang tempurung); batuk darah, batu ginjal,
cacing kre-mi, keracunan ikan, muntah darah dan pencahar (daging buah),
men-cret, sakit perut dan bengkak (buah muda) dan nyeri pinggang, penawar
racun, peradangan usus (air kelapa) dan perawatan rambut dan bahan pembawa
ramuan luka bakar (minyak kelapa)
Masyarakat
Dayak Kendayan di Kalimantan Barat menggunakan kelapa sebagai obat kena racun
makanan, frambusia, TBC (santan dan air buahnya), mencret, disentri, cholera,
lemah syawat (akarnya), borok, demam nifas (bunganya), gigi rusak/berlubang,
kencing nanah (minyak tempurungnya), wasir, adanya pengapuran pada air seni
(daging buahnya).
Pengetahuan
tradisional ini perlu dibuktikan dengan hasil analisa empirik dan saat ini
telah diketahui dengan hasil analisa kandungan nutrisi dari kelapa yang banyak
me-ngandung gizi esensial. Daging buah kelapa muda misalnya, kaya akan kalori
terutama dari karbohidrat. Protein kelapa, dibandingkan dengan kacang-kacangan,
lebih baik dalam hal asam amino isoleusin, leusin, lisin, threonin dan valin.
Adapun analisa nilai nutrisi daging buah kelapa umur 8 bulan adalah kadar
air 90,59%, kalori 437 kkal/100 g, minyak 26,67%, protein 10,67%, serat kasar
3,98%, total karbohidrat 38,45%, pati 13,53%, gula sebagai glukosa 24,92%.
Sementara
komposisi asam amino daging buah kelapa adalah isoleusin 2,5 g/16 g N,
leusin 4,9 g/16 g N, lisin 2,7 g/16 g N, metionin 1,5 g/16 g N, threosin 2,3
g/16 g N, tripthopan 0,6 g/16 g N dan valin 3,8 g/16 g. Mineral utama
yang terdapat pada daging buah kelapa adalah Fe (17 ppm), S (4,4 ppm), Cu
(3,2), P (2.4 ppm). Kan-dungan vitamin pada buah meliputi vitamin C
(10 ppm), vitamin B (15 IU), dan vitamin E (2 ppm).
Minyak
kelapa sangat mudah dicerna dan diabsorbsi tubuh karena mengandung trigliserida
yang ter-susun dari lemak rantai sedang (C6-C12). Komposisi asam lemak
dalam minyak kelapa adalah C8 5-%, C10 6 - 10% dan C12 44 - 45% (total 55-65%
asam lemak rantai sedang). Tri-gliserida asam lemak rantai sedang dapat
digunakan untuk mengatasi hiper lipidemia dan kegemukan serta dapat digunakan
dalam ransum untuk pasien pasca bedah dan bayi premature.
Daging buah kelapa juga mengandung 0,2 mg vitamin E (se-bagai
tokoferol), namun proses pro-duksi minyak secara konvensional yang biasanya
mengaplikasikan panas dan tekanan, mengurangi kandungan tokoferol dalam hasil
akhir. Kandungan vitamin E opti-mum dapat diperoleh melalui per-baikan proses,
yaitu dengan proses sentrifugasi santan dan produk yang dihasilkan dikenal
dengan nama virgin oil. Virgin oil mempunyai aroma kelapa segar. Saat ini
Virgin oil yang lebih dikenal dengan VCO (Virgin Coconut Oil)
diyakini man-faatnya untuk mengatasi penyakit kanker bahkan dianggap lebih
ampuh dibandingkan dengan buah merah (Pandanus conoideus).
Air
kelapa muda (7 - 8 bulan) mengandung protein 0,13 g, minyak 0,12 g, karbohidrat
4,11 g, mineral Ca 20 mg, Fe 0,5 mg, vitamin asam askorbat 2,2 - 3,7 mg dan air
95,01/ 100 g.
2. Pinang (Areca catechu)
Air
rebusan dari biji pinang digunakan untuk mengatasi penya-kit
seperti haid dengan darah ber-lebihan, hidung berdarah (mimisan), koreng,
borok, bisul, eksim, kudis, difteri, cacingan (kremi, gelang, pita, tambang),
mencret dan disentri oleh masyarakat desa Semayang Kutai-Kalimatan Timur.
Selain itu diguna-kan juga untuk mengatasi bengkak karena retensi cairan
(edema), rasa penuh di dada, luka, batuk berdahak, diare, terlambat haid,
keputihan, beri-beri, malaria, memeperkecil pupil mata. Biji dan kulit
biji bagian dalam dapat juga digunakan untuk menguatkan gigi goyah,
bersama-sama dengan sirih. Air rendaman biji pinang muda digunakan untuk obat
sakit mata oleh suku Dayak Kendayan, di kecamatan Air Besar Kalimantan Barat.
Sementara
bagi masyarakat Pa-pua umumnya, pinang muda diguna-kan bersama dengan
buah sirih untuk menguatkan gigi. Selain se-bagai obat penguat gigi,
masyarakat pesisir pantai desa Assai dan Yoon-noni, yang didiami
oleh suku Men-yah, Arfak, Biak dan Serui (Papua), biji pinang muda
digunakan sebagai obat untuk mengecilkan rahim setelah melahirkan oleh kaum
wanita dengan cara memasak buah pinang muda tersebut dan airnya diminum selama
satu minggu.
Umbut
pinang muda digunakan untuk mengobati patah tulang, dan sakit pinggang (salah
urat). Selain itu umbut dapat juga dimakan sebagai lalab atau acar.
Daun
pinang berguna untuk mengatasi masalah tidak nafsu makan, dan sakit pinggang.
Selain sebagai obat, pelepah daun diguna-kan untuk pembungkus makanan dan bahan
campuran untuk topi.
Sabut
pinang rasanya hangat dan pahit, digunakan untuk gangguan pencernaan, sembelit
dan edema.
Biji
pinang rasanya pahit, pedas dan hangat serta mengandung 0,3 - 0,6%, alkaloid,
seperti arekolin (C8H13NO2), arekolidine,
arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasi-ne. Selain itu juga mengandung red
tannin 15%, lemak 14% (palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric,
myristic acid), kanji dan resin. Biji segar mengandung kira-kira 50% lebih
banyak alkaloid di-bandingkan biji yang telah meng-alami perlakuan. Arekolin
selain berfungsi sebagai obat cacing juga sebagai penenang, sehingga bersifat
memabokkan bagi penggunanya.
3. Aren (Arenga pinnata)
Bagian
dari tanaman aren yang digunakan sebagai bahan obat adalah akar dan nira. Akar
digunakan untuk mengatasi penyakit batu ginjal dan ruam kulit, sedangkan
tuak diguna-kan untuk mengatasi sariawan dan sembelit. Dalam mengatasi penyakit
batu ginjal, akar aren digunakan bersama-sama dengan akar alang-alang, daun
keji beling, herba menir-an dan air. Penggunaannya dilaku-kan selama 14 hari
atau sampai batu ginjal keluar yang dapat berupa batu, pasir atau butiran. Air
aren di-fermentasikan menjadi cuka yang digunakan untuk bahan pengawet
(mematikan mikroba) pada ikan dan makanan lain selain juga memberi cita rasa
pada makanan.
Nira
dapat juga dibuat sebagai minuman segar, soft drink, gula semut, gula merah dan
permen. Untuk pembuatan gula, pH nira dari 8 - 9 diturunkan menjadi netral (7).
Untuk bahan baku gula, nira disadap di pagi hari selanjutnya nira disaring,
dimasak dengan wadah terbuka, setelah mendidih diberikan sedkitit TSP (Triple
Super Phosfate) untuk menurunkan pH. Setelah pH netral, cairan disaring
kembali, kemudian dipindahkan ke wadaha yang lebih besar. Cairan dimasak
sampai kental, dengan api kecil dan sering diaduk. Blaia mencapai kekentalan
tertentu, dipindahkan ke wadah plastik dan disimpan pada kamar pendingin sampai
mengkristal. Gula kristal dimasukkan ke wadah sentrifuge untuk pemecahan menjadi
butiran sehingga terbentuk gula semut.
Pembuatan
gula merah dilakukan dengan proses yang sama, hanya pada tahap akhir pada saat
cairan mengental, dituangkan ke dalam ce-takan. Pembuatan permen dilakukan
degna pemanambahan sirup gula yang hampir mengkristal dengan menambah ekstrak
(lemon, mocca, susu, strawberry, dan lain-lain) Sirup tersebut disimpan dalam
periuk tanah selama tiga bulan sambil sewaktu-waktu diaduk. Bila kristal telah
terbentuk maka dikeluarkan sedikit demi sedikit lalu dibentuk kemudian dikemas
sesuai ukuran yang dikehendaki.
Proses
pembuatan tuak/arak secara tradisional adalah nira yang difermentasikan,
dimasak, uapnaya dialirkan memalui selang plastik yang bagian luarnya diberi
pen-dingin. Kandungan alkohol dalam arak ini sekitar 8%. Arak yang
dibiarkan beberapa minggu kemudi-an dapat berubah menjadi cuka.
Dalam
100 ml nira segar mengandung total padatan sekitar 15,20 - 19,70 g, sukrosa
12,30 - 17,40 g, abu 0,11 - 0,41 g, protein 0,23 - 0, 32 dan asam ascorbik 16 -
30 g. Kelapa, aren dan pinang yang merupakan kelompok tanaman dari famili
Palmae dapat dimasukkan dalam kelompok tanaman obat karena bermanfaat dalam
penyem-buhan penyakit. Seluruh bagian tanaman dapat digunakan sebagai bahan
baku obat, yakni mulai dari bunga, buah, santan, air buah dan akar. Pada pinang
bagian yang bermanfaat adalah biji, umbut, dan dan sabut. Sedangkan pada
aren bagian tanaman yang digunakan adalah akar dan nira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar