Campuran minyak buah merah
dan minyak kelapa murni menghasilkan senyawa aktif yang lebih lengkap dan
berkhasiat dibanding bila kedua minyak itu berdiri sendiri. Semakin banyak
gangguan penyakit yang mampu diobati dengan PCO (Pandanus Cocos Oil) ini.
Sepanjang tahun 2004
dan 2005, minyak buah merah (MBM) menjadi buah bibir karena diyakini bisa
mengobati aneka penyakit, termasuk kanker. Penemunya, Drs. I Made Budi, MS,
peneliti dan pengajar di Fakultas MIPA Universitas Cendrawasih, Papua,
mengungkapkan bahwa buah merah mengandung senyawa antioksidan, vitamin, dan
mineral.
Buah merah secara
empiris mampu mengatasi berbagai penyakit degeneratif, bahkan HIV/AIDS.
Kesaksian yang menyatakan telah sembuh dari penyakit kronis setelah mengonsumsi
buah merah pun bermunculan.
Tingginya permintaan buah merah tak diikuti dengan produksinya, sehingga minyak ini pernah sukar dicari di pasaran. Tentu saja harganya jadi melambung. Begitu besar daya magnet buah merah, hingga banyak individu maupun perusahaan yang tertarik menjadi produsen tanaman bernama Latin Pandanus conoideus Lam ini.
Tingginya permintaan buah merah tak diikuti dengan produksinya, sehingga minyak ini pernah sukar dicari di pasaran. Tentu saja harganya jadi melambung. Begitu besar daya magnet buah merah, hingga banyak individu maupun perusahaan yang tertarik menjadi produsen tanaman bernama Latin Pandanus conoideus Lam ini.
Belum lagi sirna
karisma buah merah, awal tahun ini muncul minyak kelapa murni yang lebih
ngetren dengan sebutan VCO (Virgin Coconut Oil). Minyak perawan ini diklaim
memiliki khasiat tidak kalah dari buah merah. Adalah Dr. A.H. Bambang Setiaji,
MSc., dosen Jurusan Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, yang
memopulerkan VCO.
Minyak perawan
mengandung 93 persenasam lemak jenuh, tetapi 47-53 persen berupa minyak jenuh
berantai sedang. Sfatnya tidak dapat disintesis menjadi kolesterol, tidak tertimbun
dalam tubuh, mudah dicerna dan terbakar.
Hasil uji
laboratorium di UGM menunjukkan, zat dominan dalam minyak perawan adalah asam
laurat, mencapai 50,33 persen. Kandungan lain berupa 14,23 persen asam kaproat,
10,25 persen asam kaprat, 12,91 persen asam miristat, dan 4,92 persen asam
palmitat.
Menurut Prof. Dr. Walujo Soerjodibroto MSc., Guru Besar Universitas Indonesia, asam laurat terbukti sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Patogen yang mampu diatasi VCO antara lain bakteri Streptococcus agalactiae dan Streptococcus aerus, beragam virus seperti herpes, sarcoma, HIV, virus leukemia, dan cytomegalovirus.
Menurut Prof. Dr. Walujo Soerjodibroto MSc., Guru Besar Universitas Indonesia, asam laurat terbukti sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. Patogen yang mampu diatasi VCO antara lain bakteri Streptococcus agalactiae dan Streptococcus aerus, beragam virus seperti herpes, sarcoma, HIV, virus leukemia, dan cytomegalovirus.
Seperti halnya MBM,
kehadiran VCO pun mendapat tanggapan yang baik. Di pasaran, harga MBM mencapai
ratusan ribu rupiah, sedangkan VCO hanya puluhan ribu saja dengan volume yang
sama.
Ramuan PCO
MBM dan PCO adalah dua produk herbal yang memiliki sifat dan karakter yang hampir sama. Keduanya merupakan produk yang mengandung minyak, sehingga memungkinkan untuk dipadukan menjadi produk herbal yang lebih baik.
MBM dan PCO adalah dua produk herbal yang memiliki sifat dan karakter yang hampir sama. Keduanya merupakan produk yang mengandung minyak, sehingga memungkinkan untuk dipadukan menjadi produk herbal yang lebih baik.
Seperti yang dilakukan DR. Ir. M. Ahkam Subroto,
M.App.Sc., APU, peneliti dan Kepala Bidang Biologi Sel dan Jaringan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yang melakukan eksperimen untuk mendapatkan
formula ramuan MBM dan PCO. Hasil penelitiannya diberi nama Pandanus Cocos Oil
(PCO).
Pembuatan PCO sendiri, kata Ahkam, dilandasi pada fenomena yang sedang berkembang di masyarakat, bahwa MBM dan PCO adalah panasea (obat segala penyakit). Menurutnya, PCO merupakan perpaduan bahan alami MBM dan PCO dengan komposisi tertentu yang memiliki sifat-sifat unggul yang lebih baik secara fisika, kimia, biologis, toksisitas, dan farmakologis jika dibandingkan dengan dua minyak penyusunnya.
Pembuatan PCO sendiri, kata Ahkam, dilandasi pada fenomena yang sedang berkembang di masyarakat, bahwa MBM dan PCO adalah panasea (obat segala penyakit). Menurutnya, PCO merupakan perpaduan bahan alami MBM dan PCO dengan komposisi tertentu yang memiliki sifat-sifat unggul yang lebih baik secara fisika, kimia, biologis, toksisitas, dan farmakologis jika dibandingkan dengan dua minyak penyusunnya.
Dilihat perbedaannya, nutrisi dan senyawa aktif
yang terkandung pada keduanya akan menghasilkan campuran minyak baru yang
komposisi aktifnya lebih lengkap. Dengan demikian, PCO memiliki khasiat yang
lebih baik dibandingkan dengan kedua minyak penyusunnya.
Dijelaskan Ahkam, hasil analisis Fourier Transform
Infra Red (FTIR) menunjukkan bahwa seluruh gugus fungsional yang terdapat dalam
MBM dan PCO muncul sebagai gugus fungsional dalam spektra PCO. Artinya, semua
senyawa aktif yang terdapat dalam MBM dan PCO dapat dipertahankan dalam minyak
campuran dan tak ada yang hilang karena terjadi reaksi kimia yang merugikan
akibat percampuran.
Kandungan PCO
Secara logika, bila dua jenis minyak dipadukan akan menghasilkan campuran minyak baru dengan komposisi kandungan senyawa aktif gabungan yang lebih lengkap, begitu pula PCO. Menurut Ahkam, meski menghasilkan senyawa aktif gabungan, PCO tak menghasilkan senyawa aktif baru. Cairan PCO mengandung nutrisi dari kedua minyak penyusunnya.
Secara logika, bila dua jenis minyak dipadukan akan menghasilkan campuran minyak baru dengan komposisi kandungan senyawa aktif gabungan yang lebih lengkap, begitu pula PCO. Menurut Ahkam, meski menghasilkan senyawa aktif gabungan, PCO tak menghasilkan senyawa aktif baru. Cairan PCO mengandung nutrisi dari kedua minyak penyusunnya.
Hasil analisis
kandungan nutrisi tipikal PCO yang dilakukan Ahkam meliputi analisis proksimat
(kadar air 0,32 g/100 g, kadar abu 0,038 g/100 g, lemak 84,89 g/100 g, protein
0,35 g/100 g, dan karbohidrat 13,51 g/100 g), kandungan energi 823 kal/100 g,
betakaroten 26,3 g/100 g, alfatokoferol 30,0 ppm, total tokoferol 4459 ppm,
mineral (Ca 22,542 mg/100 g, Fe 2,944 mg/100 g, P 61,0 mg/100 g, Na 13,64
mg/100 g, K 2,804 mg/100 g), logam berat (Pb, Cd, Hg, Zn, Cu, As) tak
terdeteksi, vitamin C 2,227 mg/kg, dan serat (0,08%).
Kata Ahkam, kadar
antioksidan yang tinggi pada PCO (betakaroten 26,25 ppm, tokoferol 4459 ppm,
dan vitamin C 2,227 ppm) menunjukkan bahwa campuran minyak ini dapat digunakan
untuk mencegah gangguan kanker. Keberadaan betakaroten dan tokoferol dalam VCO
selain bermanfaat bagi kesehatan tubuh, juga dapat menangkal radikal bebas yang
mungkin terkandung di dalam minyak penyusunnya atau terbentuk selama
penyimpanan.
Kandungan asam lemak
pada PCO lebih lengkap dibanding dengan kandungan asam lemak pada MBM dan VCO
secara terpisah, dengan perbandingan asam lemak jenuh dengan asam lemak tak jenuh
yang seimbang (52:48). Kandungan asam lemak tak jenuh dalam VCO, seperti asam
linoleat (5,2%) dibandingkan dengan kandungan yang berada dalam MBM (8,8%)
relatif rendah.
Hal ini berpengaruh
positif bagi kesehatan karena beberapa penelitian membuktikan, kandungan asam
linoleat yang relatif tinggi dapat merangsang pembentukan tumor. Selain itu,
senyawa yang terkandung di PCO adalah golongan flavonoid dan steroid/terpenoid.
Kandungan ini tak dimiliki VCO.
Seperti MBM dan VCO, VCO dapat dikonsumsi langsung dengan takaran praktis menggunakan sendok makan atau sendok teh. Ia menyarankan PCO dikonsumsi setelah makan. Sebelum dan sesudahnya, juga dianjurkan untuk minum air mineral.
Seperti MBM dan VCO, VCO dapat dikonsumsi langsung dengan takaran praktis menggunakan sendok makan atau sendok teh. Ia menyarankan PCO dikonsumsi setelah makan. Sebelum dan sesudahnya, juga dianjurkan untuk minum air mineral.
Dosis yang
disarankan, yakni penderita kanker 3 x 1 sendok makan, diabetes 3 x 1 sendok
makan, penyembuhan penyakit yang diakibatkan infeksi bakteri gram positif dan
negatif 3 x 1 sendok makan. Sementara untuk penyembuhan jantung, stroke, dan
gangguan kolesterol 3 x 1 sendok makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar