Cabai
merah (Capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang
bernilai ekonomis tinggi dan cocok untuk dikembangkan di daerah tropika seperti
di Indonesia. Cabai sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan
sebagiannya untuk ekspor dalam bentuk kering, saus, tepung dan lainnya.
Di Propinsi Nusa Tenggara barat, cabai merah termasuk salah satu komoditi tanaman sayuran unggulan. Komoditi tersebut banyak diusahakan di lahan kering baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Propinsi NTB mempunyai potensi sumberdaya alam khususnya lahan kering yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura. Optimalisasi pemanfaatan lahan kering tersebut dapat dilakukan melalui penyediaan teknologi spesifik lokasi. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi cabai merah yang lebih kompetitif, diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat
Di Propinsi Nusa Tenggara barat, cabai merah termasuk salah satu komoditi tanaman sayuran unggulan. Komoditi tersebut banyak diusahakan di lahan kering baik dataran tinggi maupun dataran rendah. Propinsi NTB mempunyai potensi sumberdaya alam khususnya lahan kering yang sesuai untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura. Optimalisasi pemanfaatan lahan kering tersebut dapat dilakukan melalui penyediaan teknologi spesifik lokasi. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan produksi cabai merah yang lebih kompetitif, diperlukan upaya peningkatan produksi yang mengacu pada peningkatan efisiensi baik ekonomi, mutu maupun produktivitas melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penanganan benih, penanaman, pemeliharaan, hingga penanganan panen yang tepat
SYARAT TUMBUH
Cabai
merah dapat dibudidayakan di dataran rendah maupun dataran tinggi, pada lahan
sawah atau tegalan dengan ketinggian 0-1000 m dpl. Tanah yang baik untuk pertanaman
cabai adalah yang berstruktur remah atau gembur, subur, banyak mengandung bahan
organik, pH tanah antara 6-7.
Kandungan
air tanah juga perlu diperhatikan. Tanaman cabai yang dibudidayakan di sawah
sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan ditanam pada
musim hujan.
TEKNOLOGI
BUDIDAYA
Bahan
Tanam
Sampai
saat ini banyak varietas cabai yang sudah dilepas di pasaran, baik yang hibrida
maupun yang non hibrida (Tabel 1).
Tabel
1. Beberapa varietas cabai hibrida dan non hibrida yang telah dilepas di
Indonesia
A.
Varietas non hibrida
No
|
Nama varietas
|
Potensi hasil (t/ha
|
Panjang
diameter
buah
(cm/cm)
|
Ketahanan
terhadap
penyakit
|
Ketahanan
terhadap
hama
|
Adaptasi
|
1.
|
Tombak-1
(K)
|
19-22
t/ha
|
13/1,5
|
Antraknos
|
Lalat
buah
|
DT-DR
|
2.
|
Tombak-2
(K)
|
11
t/ha
|
9,8/1,3
|
Antraknos
|
Lalat
buah
|
DT-DR
|
3.
|
Cemeti-1
(K)
|
8,5
t/ha
|
12/0,8
|
Antraknos
|
Lalat
buah
|
DT-DR
|
4.
|
Tampar-1
(K)
|
14,3
t/ha
|
15,6/0,7
|
Layu+Antr
|
-
|
--
|
5.
|
Tampar-2
(K)
|
15,5
t/ha
|
13,2/1,3
|
Layu+Antr
|
-
|
-
|
6.
|
Kriting
Bkt
Tinggi
|
30
t/ha
|
18/0,1
|
Antr+
busuk batang
|
-
|
-
|
7.
|
Laris
(B)
|
12 t/ha
|
14,5/0,9
|
Antr+busuk
daun
|
-
|
DR-DT
|
8.
|
Tanjung-1
(K)
|
18,5
t/ha
|
10,9/1,2
|
-
|
Tungau
|
DR-DT
|
9.
|
Tanjung-2
(B)
|
19,9
t/ha
|
11,2/1,3
|
Antraknos
|
-
|
DR-DT
|
10.
|
Lembang-1
(K)
|
19
t/ha
|
11,8/0,7
|
Antraknos
|
-
|
DM-DT
|
B.
Varietas hibrida
No
|
Nama varietas
|
Potensi hasil (t/ha
|
Panjang
diameter
buah
(cm/cm)
|
Ketahanan
terhadap
penyakit
|
Ketahanan
terhadap
hama
|
Adaptasi
|
1.
|
Nenggala-1
(K)
|
30 t/ha
|
12/2,5
|
Antraknos
|
Lalat buah
|
DT-DR
|
2.
|
Prabu
|
30 t/ha
|
17/1,3
|
PVY,CMV,
BW
|
-
|
DR-DM
|
3.
|
Maraton
(B)
|
20 t/ha
|
13/1,3
|
PVY,CMV,
BW
|
-
|
DR-DM
|
4.
|
Gada
(B)
|
30 t/ha
|
17/1,5
|
PVY, BD
|
-
|
DR-DM
|
5.
|
Kresna
(B)
|
30 t/ha
|
17/1,5
|
Antr, BD
|
-
|
DR-DM
|
6.
|
Salero
(B)
|
20 t/ha
|
14/1
|
CMV, BD,
Antr
|
-
|
DR-DM
|
7.
|
Taro
(K)
|
20 t/ha
|
15/0,7
|
CMV, BD,
Antr
|
-
|
DR-DT
|
8.
|
Lado
(K)
|
20,0 t/ha
|
-
|
CMV,
Antr+ BD
|
-
|
DR-DT
|
9.
|
Papirus
(K)
|
30 t/ha
|
-
|
Antraknos
|
Thrips
|
-
|
10.
|
CTH-01
(K)
|
16 t/ha
|
-
|
Antraknos
|
Thrips
|
-
|
11.
|
Arimbi
(B)
|
24,5 t/ha
|
-
|
Antraknos
|
Thrips
|
-
|
Sumber
: Dit. Perbenihan, Ditjen Bina Prod.Hortikultura. 2001
Keterangan:
DR = dataran rendah
DT = dataran tinggi
DM = dataran medium
PVY = potato virus yelow
CMV = cucumber mosaik virus
BD = busuk daun
BW = busuk buah
Persemaian
·
Untuk memperoleh bibit yang baik umumnya dilakukan penyemaian
biji/benih di tempat persemaian, kemudian dilakukan penyapihan (pembumbungan)
sebelum ditanam di lapangan.
·
Tempat persemaian berupa bedengan berukuran lebar 1 m, diberi
naungan atap plastik transparan, dan atap menghadap ke timur.
·
Media persemaian terdiri dari campuran tanah halus dan pupuk
kandang steril (1:1)
·
Sebelum disemai bibit direndam dalam air hangat (50oC) atau
larutan Previcur N (1 cc) selama 1 jam, untuk mempercepat perkecambahan dan
menghilangkan hama/penyakit yang terbawa benih.
·
Benih disebar rata pada bedengan dan ditutupi tipis tanah halus,
lalu ditutupi lagi dengan daun pisang atau karung basah 􀂃 Setelah benih berkecambah
(7-8 hari) tutup daun pisang atau karung dibuka.
·
Setelah membentuk 2 helai daun (12-14 hari) bibit dipindahkan ke
dalam bumbungan dengan media yang sama (campuran tanah dan pupuk kandang).
Bumbungan dapat mengurangi kerusakan akar bila dipindahkan ke lapangan.
·
Inokulasi cendawan mikoriza sebanyak 10 gr/pohon sangat bermanfaat,
karena dapat mempercepat laju pertumbuhan dan kesehatan tanaman di persemaian,
juga dapat meningkatkan daya hidup dan pertumbuhan tanaman di lapangan.
·
Penyiraman dilakukan secukupnya tidak terlalu basah atau kering.
·
Persemaian juga disiangi dengan cara mencabut gulma
·
Bibit yang tampak terserang hama atau penyakit dibuang dan
dimusnahkan.
·
Sebelum dipindah ke lapangan dilakukan penguatan bibit dengan
jalan membuka atap persemaian supaya bibit menerima langsung sinar matahari dan
mengurangi penyiraman secara bertahap. Penguatan bibit dilakukan selama 7 hari.
·
Bibit siap ditanam setelah berumur 3-4 minggu dalam bumbungan.
Bibit tersebut sudah membentuk 4-6 helai daun, dan tinggi 5-10 cm.
Penyiapan
Lahan
• Penyiapan lahan
bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan
tanah dan menghilangkan gulma.
• Pengolahan tanah berupa pembajakan/pencangkulan, pembersihan
gulma, perataan permukaan tanah, dan pembuatan bedengan, guludan, garitan,
lubang tanam,
• Untuk lahan
kering/tegalan: lahan diolah sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat bedengan
dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm. Dibuat
garitangaritan atau lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm).
• Untuk lahan sawah:
lahan dibuat bedengan dengan lebar 1,5 m. Antara bedengan dibuat parit sedalam
50 cm dan lebar 50 cm. Tanah di atas bedengan diolah sampai gembur dan lubang
tanam dibuat dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm
Penanaman
• Pemilihan waktu tanam
yang tepat sangat penting, terutama berhubungan dengan ketersediaan air, curah
hujan, temperatur, dan gangguan hama/penyakit.
• Sebaiknya cabai
ditanam pada bulan agak kering, tetapi air tanah masih cukup tersedia.
• Waktu tanam yang baik
juga tergantung jenis lahan, pada lahan kering pada awal musim hujan, pada
lahan sawah pada akhir musim hujan sedangkan pada lahan beririgasi teknis akhir
musim hujan (Maret-April) dan awal musim kemarau (Mei-Juni)
• Sebelum tanam,
garitan-garitan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang atau kompos, dengan
cara dihamparkan pada garitan. Di atas pupuk kandang atau kompos diletakkan sebagian
pupuk buatan, kemudian diaduk dengan tanah.
• Bedengan kemudian
disiram dengan air sampai kapasitas lapang (lembab tapi tidak becek).
• Dipasang mulsa plastik
hitam perak dan dibuat lubang tanam.
• Penanaman sebaiknya
dilakukan pada sore hari
Pemulsaan
• Penggunaan mulsa pada
budidaya cabai merupakan salah satu usaha untuk memberikan kondisi lingkungan pertumbuhan
yang baik.
• Mulsa dapat memelihara
struktur tanah tetap gembur, memelihara kelembaban dan suhu tanah. Juga akan mengurangi
pencucian hara, menekan gulma dan mengurangi erosi tanah.
• Mulsa plastik hitam
perak dapat digunakan untuk penanaman cabai, dipasang sebelum tanam cabai.
• Penggunaan mulsa
plastik hitam perak dapat meningkatkan hasil cabai, mengurangi kerusakan
tanaman karena hama trips dan tungau, dan menunda insiden virus.
• Penggunaan mulsa
jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) juga dapat meningkatkan hasil cabai, tetapi
mulsa jerami sebaiknya digunakan pada musim kemarau, dipasang 2 minggu setelah
tanam.
Pengapuran
• Kemasaman (pH) tanah
mempengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman. Pada pH netral (6,5-7,5)
unsur-unsur hara tersedia dalam jumlah yang cukup banyak (optimal). Pada pH
< 6,0 ketersediaan hara P, K, Ca, S, Mg, dan Mo menurun dengan cepat. Pada
pH > 8 ketersediaan hara N, Fe, Mn, Bo, Cu, dan Zn relatif sedikit.
• Cabai mempunyai
toleransi yang sedang terhadap kemasaman tanah, dapat tumbuh baik pada kisaran
pH tanah antara 5,5- 6,8.
• Pada tanah masam (pH
< 5,5) perlu dilakukan pengapuran dengan kapur pertanian atau dolomit
sebanyak 1-2 ton/ha.
• Pengapuran dilakukan
3-4 minggu sebelum tanam, dengan cara kapur disebar rata pada permukaan tanah
kemudian diaduk dengan tanah.
• Pada tanah masam
disarankan tidak menggunakan terlalu banyak pupuk yang bersifat asam seperti ZA
dan Urea. Pupuk N paling baik untuk tanah masam adalah Calcium Amonium Nitrat
(CAN).
Pemupukan
• Untuk penanaman cabai
pada lahan kering di dataran tinggi/medium (jenis Andosol/Latosol) adalah
sebagai berikut: Pemupukan dasar terdiri dari pupuk kandang kuda (20-30 ton/ha)
atau pupuk kandang ayam (15-20 ton/ha) dan Pupuk SP-36 (300-400 kg/ha)
dilakukan satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri dari pupuk urea
(200-300 kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (250-300 kg/ha), diberikan 3 kali
pada umur 3, 6 dan 9 minggu setelah tanam masing-masing 1/3 dosis, dengan cara
disebarkan disekitar lubang tanam kemudian ditutup dengan tanah. Atau
• Pupuk dasar terdiri
atas pupuk kandang kuda (20-30 ton/ha) dan NPK 16-16-16 (700-1000 kg/ha),
diberikan satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan adalah NPK 16-16-16 (300-500
kg/ha) diberikan dengan cara pupuk dilarutkan dalam air (2 gr/lt) kemudian
disiramkan pada lubang tanam atau sekitar tanaman (100-200 ml/tanaman), setiap
10-14 hari, dimulai satu bulan sesudah tanam.
• Untuk penanaman cabai
pada lahan sawah di dataran rendah (jenis aluvial) pupuk kandang ayam (15-20
ton/ha) atau kompos (5-10 ton/ha) dan SP-36 (300-400 kg/ha) diberikan sebagai
pupuk dasar satu minggu sebelum tanam. Pupuk susulan terdiri dari urea (150-200
kg/ha), ZA (400-500 kg/ha) dan KCl (150-200 kg/ha) atau pupuk NPK 16-16-16 (1
ton/ha), diberikan 3 kali pada umur 0, 1 dan 2 bulan setelah tanam
masing-masing 1/3 dosis.
Pengairan
• Cabai termasuk tanaman
yang tidak tahan kekeringan, tetapi juga tidak tahan terhadap genangan air. Air
diperlukan dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan atau kurang. Kelembaban
tanah yang ideal 60-80% kapasitas lapang.
• Masa kritis yaitu saat
pertumbuhan vegetatif cepat, pembungaan dan pembuahan.
• Jumlah kebutuhan air
per tanaman selama pertumbuhan vegetatif 250 ml tiap 2 hari, dan meningkat jadi
450 ml tiap 2 hari pada masa pembungaan dan pembuahan
• Sistem irigasi tetes
pada lahan kering dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air dan hasil cabai.
• Atau pengairan sistem
digenang (leb) selama 15-30 menit kemudian airnya dikeluarkan dari petakan.
Hama
dan Penyakit Utama
Penyakit
virus kuning
Gejala
1. Dari jauh hamparan pertanaman cabai berubah dari warna hijau
menjadi menguning. Warna kuning hampir mirip penyakit bulai pada jagung
sehingga sebagian petani menyebutnya penyakit ”Bulai Amerika”.
2. Pengamatan lapang menunjukkan pertanaman cabai merah yang 100%
terserang tidak menghasilkan buah sama sekali.
3. Penyebab penyakit adalah anggota kelompok virus Gemini yang
juga banyak menyerang tanaman tembakau, tomat.
4. Variasi gejala yang mungkin timbul pada cabai adalah sbb:
• Tipe -1. Gejala diawali
dengan pucuk mengkerut cekung berwarna mosaik hijau pucat, pertumbuhan terhambat,
daun mengkerut dan menebal disertai tonjolan berwarna hijau tua.
• Tipe-2. Gejala diawali
dengan mosaik kuning pada pucuk dan daun muda, gejala berlanjut pada hamper seluruh
daun menjadi bulai.
• Tipe-3. Gejala awal urat
daun pucuk atau daun muda berwarna pucat atau kuning sehingga tampak seperti jala,
gejala berlanjut menjadi belang kuning, sedangkan bentuk daun tidak banyak
berubah.
• Tipe-4.
Gejala awal daun muda/pucuk cekung dan mengkerut dengan warna mosaik ringan,
gejala berlanjut dengan seluruh daun berwarna kuning cerah, bentuk daun
berkerut dan cekung dengan ukuran lebih kecil, serta pertumbuhan terhambat.
Penularan
dan Penyebab
1. Penyakit yang disebabkan oleh virus gemini tidak ditularkan
karena tanaman bersinggungan atau terbawa benih. Di lapangan virus ditularkan
oleh kutu kebul Bemisia tabaci atau Bemisia argentifolia. Kutu
kebul dewasa yang mengandung virus dapat menularkan virus selama hidupnya pada
waktu dia makan pada tanaman sehat. Satu kutu kebul cukup untuk menularkan
virus. Efisiensi penularan meningkat dengan bertambahnya jumlah serangga per
tanaman.
2. Sifat kutu kebul yang mampu makan pada banyak jenis tanaman
(polifagus) menyebabkan virus ini menyebar dan menular lebih luas berbagai
jenis tanaman.
3. Virus gemini memiliki tanaman inang yang luas dari berbagai
tanaman seperti: ageratum, kacang buncis, kedelai, tomat, tembakau, dll.
Kepompong berbentuk oval, agak pipih, berwarna hijau ke
putih-putihan sampai kekuning-kuningan. Pupa terdapat pada permukaan bawah
daun. Serangga dewasa berukuran kecil, berwarna putih dan mudah diamati karena pada
bagian permukaan bawah daun ditutup lapisan lilin yang bertepung.
Ukuran tubuhnya berkisar 1-1.5 mm dan siklus hidupnya antara 7-21
hari. Serangga dewasa biasanya berkelompok dalam jumlah yang banyak. Bila
tanaman tersentuh, serangga tersebut
akan beterbangan seperti kabut atau kebul putih.
Pengendalian
1. Mengolah lahan dengan baik serta memberikan pupuk berimbang
untuk cabai yaitu pupuk kandang 20-30 ton /ha, Urea 100-150 kg, 300-400 kg ZA,
150-200 kg TSP dan KCl 150-200 kg/ha, serta pemakaian plastik mulsa putih
perak.
2. Pembibitan
dengan cara penyungkupan tempat semaian dengan kain kasa atau plastik yang
telah dilubangi. Dan membuat rak pembibitan setinggi lebih kurang 1 m 3. Untuk
daerah yang baru terkena serangan penyakit virus kuning tanaman muda (sampai 30
hari) yang terserang segera dimusnahkan, dan disulam/diganti dengan tanaman
yang sehat.
4. Pada
daerah-daerah yang telah terserang berat, tanaman muda yang terserang tidak
dimusnahkan, tetapi dibuang bagian daun yang menunjukkan gejala kuning keriting
dan kemudian disemprotkan pupuk daun.
5. Menanam
pembatas/barrier jagung sebanyak 4-5 baris disekeliling pertanaman cabai.
6. Memasang perangkap
kuning sebanyak 40 buah/ha
7. Penanaman
tagetes (bunga tai ayam) terutama dipinggir pertanaman cabai.
8. Pelepasan
predator Menochillus sexmaculatus, mampu
memangsa sebanyak 200-400 ekor B. tabaci per hari, 12 ekor thrips
per hari, 200 ekor aphids per hari, Siklus hidup 18-24 hari, satu ekor betina
menghasilkan telur sekitar 3.000 butir
Penyakit
Antraknosa (Colletotrichum sp)
Gejala
serangan
• Gejala pada buah membuat
buah busuk. Penyakit dapat menginfeksi buah matang maupun buah muda.
• Gejala awal adalah
bercak kecil seperti tersiram air, luka ini berkembang dengan cepat sampai ada
yang bergaris tengah 3-4 cm. Perluasan bercak yang maksimal membentuk lekukan
dengan warna merah tua coklat muda, dengan berbagai bentuk konsentrik dari
jaringan stromatik cendawan yang berwarna gelap.
Pengendalian
• Pemantauan dilakukan
secara berkala
• Bila terdapat daun/buah
tanaman sakit, bagian tanaman yang sakit dimusnahkan.
• Pertanaman disemprot
dengan fungisida seperti Antrakol dengan dosis sesuai anjuran.
Busuk
Batang dan Busuk Daun
Gejala
• Infeksi pertama terjadi
pada titik tumbuh, bunga dan pucuk daun, kemudian menyebar ke bagian bawah
tanaman.
• Pucuk daun berubah warna
dari hijau muda menjadi warna coklat, lalu hitam dan akhirnya membusuk.
• Busuk ini merata menuju
ke bagian bawah tanaman dan menyerang kuncup bunga yang lain, sehingga seluruh bagian
atas tanaman terkulai.
• Batang yang terserang
menjadi busuk kering, kulitnya mudah terkelupas, akhirnya tanaman mati.
• Dalam kondisi kelembaban
tinggi terbentuk bulu-bulu berwarna hitam yang muncul dari jaringan yang
terinfeksi cendawan.
Pengendalian
• Sanitasi lapangan dengan cara memusnahkan sisa-sisa tanaman yang
terinfeksi dan gulma yang bersifat inang
• Rotasi tanaman dengan
tanaman bukan inang, seperti dari padi-padian dan palawija
• Pengendalian serangga
inang yang dapat menularkan dari satu tanaman ke tanaman lain
• Mengatur waktu tanam
yaitu dengan tidak menanam cabai merah pada musim hujan dengan curah hujan
tinggi.
• Mengurangi kerapatan
tanaman dengan cara mengatur jarak tanam
• Memperbaiki drainase
lahan.
• Menggunakan fungisida
yang cocok untuk cendawan antara lain fungisida sistemik Acelalamine,
Dimethomorp, Propamocarb, Oxadisil, dan pemakaian fungisida kontak Klorotalonil.
• Pemberian fungisida
dilakukan secara bergilir
Hama
Thrips
(Thrips parvispinus)
Warna
tubuh nimfa kuning pucat, dewasa berwarna kuning sampai coklat kehitaman.
Terdapat 105 jenis tanaman yang dapat menjadi inangnya antara lain tembakau,
kopi, ubi jalar, klotalaria dan kacang-kacangan. Thrips menyerang tanaman cabai
sepanjang tahun, serangan hebat umumnya terjadi pada musim kemarau
Gejala
Permukaan
bawah daun yang terserang berwarna keperak-perakan dan daun mengeriting atau
berkerut. Intensitas serangan dapat mencapai 87%.
Pengendalian
·
Pemantauan dilakukan pada 10-20 tanaman cabai secara berkala (5
hari sekali)
·
Bila ditemukan populasi 5-10 Thrips/daun muda perlu dikendalikan
dengan pestisida seperti pegasus, mesural sesuai dosis anjuran.
·
Memasang perangkap kuning di pertanaman cabai sebanyak 40 buah/ha
Lalat
Buah (Bactrocera dorsalis)
Tanaman
yang seringkali diserang oleh larva lalat buah diantaranya adalah belimbing,
mangga, nangka, rambutan, melon, dan semangka, cabai, jeruk, jambu, pisang susu
dan pisang raja sere.
Gejala
Serangan
Gejala serangan pada buah yang terinfestasi lalat buah ditandai
dengan adanya noda-noda kecil bekas tusukan ovipositornya. Rata-rata tingkat
serangan lalat buah pada cabai berkisar antara 20-25%.
Pengendalian
Memasang perangkap methil eugenol (ME) sebanyak 50-100 buah/ha,
pada saat tanaman berbunga. Lalat buah yang tertangkap kemudian dimusnahkan.
PANEN
DAN PASCA PANEN
Panen
·
Cabai merah dapat di panen pertama kali pada umur 70-75 hari
setelah tanam untuk dataran rendah.dan pada umur 4-5 bulan untuk dataran
tinggi, dengan interval panen 3-7 hari.
·
Buah rusak yang disebabkan oleh lalat atau antraknose segera
dimusnahkan.
·
Buah yang akan dijual segar dipanen matang. Buah yang dikirim
untuk jarak jauh dipanen waktu buah matang hijau. Buah yang akan dikeringkan
dipanen setelah matang penuh.
·
Sortasi dilakukan untuk memisahkan buah cabai merah yang sehat,
bentuk normal dan baik.
·
Kemasan diberi lubang angin yang cukup atau menggunakan karung
jala.
·
Tempat penyimpanan harus kering, sejuk dan cukup sirkulasi udara.
Pasca
Panen
a.
Pengeringan
Secara
garis besar pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan alami
dan pengeringan buatan. Pengeringan alami dapat dilakukan dengan penyinaran
matahari langsung misalnya dengan penyinaran atau pemanfaatan energi panas.
Beberapa cara pengeringan sebagai berikut:
Cara petani:
Pengeringan
yang umumnya digunakan oleh petani adalah dengan menggunakan lantai semen atau
pasangan batu bata yang diplester. Selain cara tersebut pengeringan dapat
dilakukan dengan menggunakan rak-rak yang dibuat dari kayu atau anyaman bambu.
Pengeringan cara petani mempunyai keuntungan tidak memerlukan bahan bakar sehingga
biaya pengeringan murah, memperluas kesempatan kerja dan sinar matahari mampu
menembus ke dalam jaringan sel bahan. Sedangkan kerugiannya antara lain: suhu pengeringan
dan kelembaban tidak dapat dikontrol, hanya berlangsung bila ada sinar
matahari.
Pengeringan buatan:
Pengeringan
buatan dengan energi matahari pada prinsipnya sinar matahari digunakan sebagai
pengganti sumber panas dari bahan bakar pada saat pengeringan. Pengeringan
buatan berbentuk seperti lemari dengan dinding terbuat dari plastik dan rangka
terbuat dari kayu. Jumlah rak disesuaikan dengan besar dan ukuran alat
pengering.
Rancangan
alat pengering terdiri dari tiga bagian yaitu cerobong, ruang pengering, dan
kolektor. Kolektor terdiri dari isolator yang terbuat dari seng bergelombang,
yang berfungsi sebagai pengubah sinar matahari menjadi sumber panas.
Keuntungan
pengeringan buatan adalah: (1) tidak perlu dijaga dari gangguan hujan dan
gangguan hewan peliharaan, (2) tidak perlu diangkat (dibongkar) sebelum kering.
Pengeringan dengan oven
Alat
ini mengunakan sumber panas dari tenaga listrik. Cabai merah dapat dikeringkan
dalam bentuk utuh atau dibelah. Cabai merah yang dibelah pengeringannya lebih cepat
dibandingkan dengan cabai yang dikeringkan utuh. Pengeringan dengan oven dapat
dilakukan pada suhu 60o C selama 20-25 jam. Untuk menjaga agar warna cabai
merah tetap baik, setelah dibelah cabai segera dikeringkan. Cara lain adalah direndam
dalam larutan bisulfit (Natrium Sulfit/ Natrium Metabisulfit) 0,2 % selama 5-10
menit.
b.
Saus Cabai Merah
• Pilih cabai merah yang
warna merahnya seragam. Cabai yang berwarna hijau atau merah kehijauan tidak
dianjurkan digunakan dalam pembuatan saus cabai, karena akan menyebabkan saus
cabai menjadi kecoklat-coklatan.
• Setelah dibuang
tangkainya, cabai merah dicuci bersih lalu dikukus sampai matang. Lama
pemanasan tergantung pada banyaknya cabai merah yang dikukus. Setelah matang
cabai merah digiling bersama bumbu-bumbu yang terdiri dari: bawang merah 1%,
bawang putih 1%, berdasarkan berat bahan kedua bumbu tersebut ditambahkan
bersama cabai pada saat cabai dihancurkan sampai diperoleh bubur cabai.
• Selanjutnya bubur cabai
dipanaskan dan ditambahkan gula 6%, garam 2%, dan cuka 0,25% (berdasarkan berat
bahan), semua bahan dipanaskan. Saus cabai yang telah dimasak dimasukan dalam
botol, lalu dilakukan pasteurisasi selama 30 menit.
c.
Tepung Cabai
• Pilih cabai yang sehat
dan berwarna merah yang seragam.
• Dilakukan pemanasan awal (blansing) 7-10 menit lalu dikeringkan
menggunakan oven atau alat pengering dengan energi surya.
• Setelah kering diangkat
dan digiling sampai halus.
• Dikemas dengan
pengemasan yang ideal seperti dengan botol kaca atau polyethylene yang tidak
mudah menyerap uap air. Simpan ditempat yang kering.
• Sebagai tambahan: cabai
kering yang telah dibuat tepung dapat dicampur dengan rempah-rempah lainnya dan
dapat digunakan sebagai bumbu siap pakai.
ANALISIS
USAHATANI
A.
Biaya Produksi (per 1 ha)
1.
Tenaga Kerja
-
Persemaian Rp.
150.000,-
-
Pengolahan tanah s/d siap tanam Rp.
1. 875.000,-
-
Penanaman Rp.
520.000,-
-
Pemeliharaan Rp.
4. 937.500,-
-
Panen Rp.
3.700.000,-
2.
Sarana Produksi
-
Bibit Rp.
700.000,-
-
Pupuk kandang Rp.
1.250.000,-
-
Pupuk buatan Rp.
3.300.000,-
-
Mulsa plastic perak Rp.
6.500.000,-
-
Ajir dan tali plastik Rp.
1.500.000,-
3.
Lain-lain
-
Sewa tanah Rp.
1.000.000,-
Total
biaya : Rp. 25.432.500,-
B.
Hasil Produksi
-
Total produksi =
11.760 Kg/ha
-
Harga rata-rata Rp.
4.000,-
-
Nilai total produksi Rp.
47.040.000,-
C.
Pendapatan bersih
Rp.
47.040.000,- ( - ) Rp. 25.432.500,- = Rp. 21.607.500,-
R/C
= 1,85
B/C
= 0,85
Tidak ada komentar:
Posting Komentar